BAB I
PENDAHULUAN
Jurnal ini memaparkan
studi yang mengidentifikasi karakteristik dasar inovatif teknologi komunikasi informasi (ICT). Mengacu
pada empat pilar inovasi (Douglas Watt, 2002 ), jurnal ini mengeksplorasi bagaimana inovasi terjadi,
dan sekolah yang menjadi fokus penelitian
dan akhirnya menjadi sekolah contoh bagi sekolah-sekolah lainnya di
Kanada adalah Villa Nova School. Empat pilar telah digunakan untuk
mengidentifikasi proses inovatif di sekolah tinggi, tetapi tidak pada sekolah dasar,
yang ada dalam jaringan inovatif sekolah/Network of
Innovative Schools (NIS). Data yang digunakan adalah
data kualitatif, studi tertentu yang lebih besar adalah yang dihasilkan dari
studi yang memfokuskan pada metodologi campuran perubahan proses inovatif
sekolah dasar di Kanada yang merupakan
suatu bagian dari program NIS (Dibbon & amp; pollock, 2007 ). NIS
diluncurkan oleh industri Kanada sebagai sebuah proyek percontohan di tahun
1998. Tujuan kegiatan itu untuk mengidentifikasi sekolah inovatif, sekolah yang
menggunakan ICT untuk belajar. Tujuan dari jaringan itu untuk menghubungkan
kreativitas dan memotivasi sekolah sehingga mereka akan belajar dari satu sama
lain dalam komunitas pembelajaran secara online.
Menurut Douglas Watts
(2002 ), empat pilar atau elemen
dalam inovasi adalah: 1) orang, 2) budaya dan iklim, 3) struktur dan proses,
dan 4) kepemimpinan. Pilar ini membentuk konteks di mana proses inovatif
diyakini terjadi di sekolah-sekolah Kanada. Keempat pilar inovasi akan
bertindak sebagai kerangka untuk menggambarkan proses inovasi TIK di sekolah
dasar.
Penelitian ini akan memberikan
wawasan tentang bagaimana kita dapat memperpanjang pengajaran dan pembelajaran
inovatif di luar kantong keunggulan di sekolah-sekolah terpencil untuk mencapai
proporsi yang jauh lebih besar dari siswa dan pendidik di seluruh negara
(Stevens, 1999). Sekolah di Kanada dan sekolah distrik menghadapi zaman yang
semakin bergolak di perubahan ekonomi global (Dibbon, 1999; Leithwood, 1999;
Fullan, 1996; Stoll dan Fink, 1996; Leithwood dan Aitken, 1995; Prestine, 1994;
Leithwood, Janzi, dan Seinback, 2000) . Perubahan dalam lingkungan ekonomi, serta
pesatnya pertumbuhan dan perluasan informasi dan teknologi komunikasi (TIK)
membuat semakin diperlukan oleh sekolah-sekolah di Kanada untuk mengejar
inovasi, mempersiapkan siswa untuk dunia kontemporer (Pemerintah Kanada, 1995;
Konferensi Dewan Kanada, 2001).
Kerangka Teoretis pada studi ini mengacu pada
pendapat Dibbon & Pollock (2007) yang menyatakan bahwa inovasi dan
kesuksesan berhubungan dengan teknologi dan pengembangan keterampilan. Oleh
karena itu, inovasi didefinisikan sebagai " mengadopsi ide, praktik atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang
baru ... " ( Rogers, 1995, hlm 46) dan, sukses mengacu pada " keterampilan
yang dimiliki lulusan, siap ambil bagian dalam dunia kerja dan kemajuan dunia
kerja (Conference Board of Canada, 2001). Sekolah Inovatif mengadopsi ide dan secara
strategis menerapkannya ke dalam proses organisasi sekolah, yang dapat mencakup
filosofi sekolah, kurikulum, budaya, iklim, dan struktur.
Selanjutnya akan
dibahas lebih jauh mengenai empat pilar inovasi menurut Douglas Watts, berikut
ini:
1.
People
Ketika
diminta untuk menilai pentingnya empat pilar inovasi, peserta dalam studi Watt,
rata-rata menyebutkan orang sebagai pilar/elemen
yang paling penting dalam mencapai keberhasilan inovatif. Watt (2002) menjelaskan
unsur orang dalam hal ini kapasitas sumber daya manusia, yang mengacu pada
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku staf sekolah. Atribut orang di
sekolah kreatif termasuk: kreativitas, keterampilan perbaikan terus-menerus ,
kemampuan pelaksanaan, kapasitas pengambilan risiko, dan keterampilan membangun
hubungan.
a. How Teachers Use Technology
Sekolah
inovatif TIK mengharuskan staf memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan dan
keterampilan untuk berhasil menerapkan dan memelihara inovasi teknologi di
sekolah . Luasnya pengetahuan dasar dan keterampilan yang penting dalam Villa
Nova Public School, contoh-contoh diberikan oleh guru tentang bagaimana mereka
menggunakan teknologi di dalam kelas yang banyak dan guru
lebih kemudian bahagia untuk menunjukkan penggunaannya.
lebih kemudian bahagia untuk menunjukkan penggunaannya.
b. Student Learning & Use of
Technology
Siswa
menggunakan internet secara ekstensif untuk melakukan penelitian, dan kemudian
dipresentasikan temuan mereka menggunakan paket perangkat lunak komputer. Siswa
dapat membuat sesuatu yang tingkat rendah namun terlihat cukup spektakuler di komputer
sehingga membuat mereka merasa baik dan lebih sukses.
2. Cultures and Climates
Watts
(2002) menekankan bahwa sekolah inovatif memiliki budaya yang memungkinkan
inovasi untuk berkembang. Sebuah komponen penting dari pilar ini adalah kewirausahaan
dan risk taking. Etos sekolah yang inovatif juga menghargai kolaborasi. Guru
bekerja sama untuk menciptakan ide-ide baru, belajar keterampilan baru , dan
mengembangkan program.
Lingkungan
kerja yang ada di Villa Nova memperlihatkan bagaimana inisiatif dihargai,
risiko yang ditoleransi, dan menghargai perubahan. Semangat kewirausahaan ditunjukkan
dalam koran sekolah, Villa Nova Choice. Villa Nova Public School jelas memiliki
budaya yang menghargai inovasi dan menyediakan kapasitas untuk melaksanakan
inisiatif baru Guru di Villa Nova Public
School percaya bahwa mereka memiliki kapasitas untuk berhasil menerapkan
inisiasi baru selama inisiasi merupakan bagian dari tujuan sekolah dan visi .
3. Structures and Processes
Struktur
dan proses juga mendorong dan mendukung pemikiran dan tindakan inovatif. Watt (2002)
menjelaskan struktur dan proses yang ditemukan
di sekolah-sekolah inovatif bersifat fleksibel, yang memungkinkan untuk berbagi pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja di tim. Sekolah Inovatif menyediakan guru akses yang lebih mudah ke sumber daya dan membangun hubungan masyarakat yang kuat. Villa Nova Public School diatur sedemikian rupa, dengan hanya satu administrator dan dua staf dukungan administratif. Sekolah juga berfungsi dengan sejumlah proses yang memungkinkan untuk bernegosiasi, pada kebijakan yang mungkin membatasi, hal ini dilakukan untuk mengamankan sumber daya yang dibutuhkan. Beberapa hal yang terkait dalam struktur dan proses yang dilakukan Villa Nova Public School adalah dengan melakukan kerjasama seperti berikut:
di sekolah-sekolah inovatif bersifat fleksibel, yang memungkinkan untuk berbagi pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja di tim. Sekolah Inovatif menyediakan guru akses yang lebih mudah ke sumber daya dan membangun hubungan masyarakat yang kuat. Villa Nova Public School diatur sedemikian rupa, dengan hanya satu administrator dan dua staf dukungan administratif. Sekolah juga berfungsi dengan sejumlah proses yang memungkinkan untuk bernegosiasi, pada kebijakan yang mungkin membatasi, hal ini dilakukan untuk mengamankan sumber daya yang dibutuhkan. Beberapa hal yang terkait dalam struktur dan proses yang dilakukan Villa Nova Public School adalah dengan melakukan kerjasama seperti berikut:
a. Community Relations
b. Parental Support
c. Other Community Connections
4.
Leadership
Pilar
terakhir dari inovasi adalah kepemimpinan. Menurut Watt (2002), kepemimpinan
yang mampu mendorong terjadinya inovasi adalah pemimpin yang memiliki visi yang
jelas kemana mereka ingin membawa sekolah, memiliki komitmen dan semangat untuk
perubahan, berani mengambil risiko dan memimpin dengan memberikan contoh/keteladanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Bangsa
Indonesia, sepanjang perjalanannya selalu diwarnai oleh upaya-upaya peningkatan
mutu pendidikan oleh pihak pemerintah yang silih berganti dengan berbagai
kebijakannya. Dimana dari beberapa kebijakan pemerintah itu terkadang bukan
melahirkan suatu inovasi di bidang pendidikan melainkan menyebabkan pendidikan
itu sendiri terbelenggu dalam suatu sistem pendidikan yang konvensional. Selain
itu pergeseran paradigma dalam pranata pendidikan yang semula terpusat menjadi
desentralistis membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di
tingkat sekolah. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi
yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalamnya
berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran. Otonomi
yang luas itu, harusnya diimbangi dengan perubahan yang berorientasi kepada
kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dari komponen pendidikan yang
terkait. Kondisi ini bergayung sambut dengan perubahan kurikulum yang sedang
diluncurkan dewasa ini oleh pemerintah, yakni kurikulum 2013.
Konsekuensi yang
harus ditanggung oleh sekolah adalah restrukturisasi dalam pengelolaan sekolah
(capacity building), profesionalisme guru, penyiapan infrastruktur, kesiapan
siswa dalam proses belajar dan iklim akademik sekolah. Kebijakan penerapan kurikulum
2013 dan pemberian otonomi pendidikan juga diharapkan melahirkan organisasi
sekolah yang sehat serta terciptanya daya saing sekolah. Untuk itulah
diperlukan suatu perubahan paradigma baru dengan menerapkan suatu inovasi di
dunia pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran di sekolah pada khususnya
yaitu dengan penerapan teknologi informasi komunikasi atau ICT. Sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi
yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-citakan
dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud.
Pembelajaran
abad ke-21 yang berpusat pada siswa berbeda dengan pembelajaran tradisional
yang berpusat pada guru, dalam arti bahwa keduanya memiliki pendekatan yang
berbeda terhadap isi, pembelajaran, lingkungan ruang kelas, penilaian, dan
teknologi. Hal ini yang menjadikan hal yang harus dimiliki oleh siswa sebagai
peserta didik yang tergabung dalam empat cara yaitu :
1. Way
of thinking, cara berfikir yaitu beberapa
kemampuan berfikir yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia
abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pebelajar.
2. Ways
of working, kemampuan bagaimana mereka harus
bekerja. dengan dunia yang global dan dunia digital. Beberapa kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik adalah communication and collaboration.
Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan baik, dengan menggunakan
berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga harus mampu berkolaborasi dan
bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi
dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis ICT.
Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan kemampuan yang
berbeda-beda.
3. Tools
for working. Seseorang harus memiliki dan
menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and
communications technology (ICT) and information literacy merupakan sebuah
keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala sumber akan
sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4. Skills
for living in the world. kemampuan untuk
menjalani kehidupan di abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, and
personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai
warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
Kemampuan-kemampuan
yang harus dimiliki itu yang terintegrasi dalam satu kecakapan yaitu kecakapan abad
21. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam mengatur dan mendesain
pembelajaran agar peserta didik memiliki kemampuan kecakapan abad 21. Guru
harus mengubah paradigma pembelajaranya:
1. Guru sebagai pengarah menjadi
sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan
2. Guru sebagai sumber
pengetahuan menjadi sebagai kawan belajar
3. Belajar diarahkan oleh
kurikulum menjadi diarahkan oleh siswa
4.
Belajar terjadwal secara ketat dg waktu terbatas menjadi belajar secara
terbuka, ketat
dengan
waktu fleksibel sesuai keperluan
5. Belajar berdasarkan fakta
menjadi berdasarkan projek dan survei
6. Bersifat teoritik, prinsip dan
survei menjadi dunia nyata, refleksi prinsip dan survei
7. Pengulangan dan latihan
menjadi penyelidikan dan perancangan
8. Aturan dan prosedur menjadi
penemuan dan penciptaan
9. Kompetitif menjadi collaboratif
10. Berfokus pada kelas menjadi
berfokus pada masyarakat
11. Hasilnya ditentukkan
sebelumnya menjadi hasilnya terbuka
12. Mengikuti norma menjadi
keanekaragaman yang kreatif
13. Komputer sebagai subjek
belajar menjadi peralatan semua jenis belajar
14. Presentasi dengan media
statis menjadi interaksi multimedia dinamis
15. Komunikasi sebatas ruang
kelas menjadi tidak terbatas
16. Tes diukur dengan norma menjadi
unjuk kerja diukur pakar, penasehat dan teman sebaya
Kurikulum yang
sudah dikembangkan saat ini oleh sekolah-sekolah dituntut untuk merubah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning)
menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered
learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus
memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).
Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem
solving), berpikir kritis( critical thinking), kolaborasi, dan
kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru
mampu mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi
aktivitas-aktivitas yang menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi
harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dikembangkan.
Selain
pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Literasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu kemampuan untuk
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan
berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru
adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan
teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan
masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli
atau orang lain yang memiliki minat yang sama.
Perkembangan
teknologi memang akan selalu pesat dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
Keadaan demikian tidak bisa kita hindari sebagai seorang pendidik. Bukan
berarti kita harus resisten merespon keadaan ini, melainkan kita harus kreatif
dan inovatif dalam menggunakan teknologi agar pembelajaran pun tidak lagi
monoton dan konservatif. Optimalisasi Pemanfaatan ICT Untuk Pembelajaran Abad
21 menjadi sangat mendesak untuk dikembangkan.
Dengan kehadiran
teknologi dan komunikasi (ICT) memberikan tantangan dalam dunia pendidikan,
peserta didik lebih tertarik mempelajari ICT dibandingkan materi pembelajaran
lainya, peserta didik bahkan rela berjam-jam di depan komputer untuk mengakses
internet dan mencari informasi yang tidak bisa didapatkan di sekolah. Fenomena
seperti ini menjadi tugas dan pekerjaan rumah yang besar bagi dunia pendidikan
untuk bisa mengadopsi dan melakukan inovasi pembelajaran. Jangan sampai dunia
pendidikan formal hanya dijadikan tempat untuk memperoleh ijazah semata tanpa
memberikan kontribusi dalam membina generasi penerus perjuangan bangsa yang
akan menjadi pemimpin masa depan. Menurut Sutrisno (2011) tuntutan dalam
menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di depan mata, berbagai perangkat
komputer beserta koneksinya dalam menghantarkan peserta belajar secara cepat dan
akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat, untuk itu dibutuhkan sumber
daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan TIK, kemudian ditambahkan oleh
Alessi dan Trollip (2001), pembelajaran berbasis ICT memiliki banyak
keunggulan. Salah satunya keunggulan itu berupa penggunaan waktu yang digunakan
menjadi lebih efektif , bahan materi pelajaran menjadi lebih mudah
diakses,menarik, dan murah biayanya. Ini lah yang menjadi tantangan
pembelajaran abad 21, kehadiran ICT dalam dunia pendidikan maka dituntut siswa
untuk kreatif, inovatif, berfikir kritis serta metakognitif dan sehingga
menjadikan siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi
(berkelompok). dengan harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dapat dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun
global dan dapat dipertanggung jawabkan secara personal maupun sosial
masyarakat.
Means (1993)
dalam laporan penelitian mereka menerangkan bahwa kebutuhan masyarakat
persekolahan untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran merupakan bagian
dari reformasi pembelajaran. Kebutuhan untuk memanfaatkan teknologi itu
mula-mula dipengaruhi oleh fakta-fakta yang terjadi di komunitas luar sekolah
(bisnis, pemerintahan, dan masyarakat umum) yang sudah lazim menggunakan teknologi
dalam aktivitas berkomunikasi, mencari informasi, dan aktivitas komersial.
Fakta itu menjadi seperti sebuah tekanan terhadap komunitas sekolah untuk juga
menggunakan teknologi agar para siswa familier dengan teknologi. Pada perkembangan
selanjutnya, karena pengaruh kemajuan aplikasi teknologi yang makin canggih,
teknologi menjadi suatu media dan alat yang dipandang sangat penting dan
strategis untuk menunjang pencapaian tujuan reformasi pembelajaran.
Menurut Reeves
(1998), untuk kepentingan pembelajaran di sekolah, terdapat dua pendekatan
pokok dalam penggunaan teknologi, yaitu para siswa dapat belajar ‘dari’ dan
‘dengan’ teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi dilakukan seperti dalam penggunaan
computer-based instruction (tutorial) atau integrated learning
systems. Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai cognitive
tools (alat bantu pembelajaran kognitif) dan menggunakan teknologi dalam
lingkungan pembelajaran konstruktivis (constructivist learning environments).Dengan
hadirnya ICT di dunia pendidikan seyogyanya dapat menghantarkan wajah
pendidikan kearah yang lebih baik sehingga tantangan pembelajaran abad 21 dapat
terselesaikan, tentunya tidak terlepas dari peran guru sebagai tenaga pendidik
yang dituntut kreatif dan inovatif mengembangkan pembelajaran dengan mengintegrasikan
teknologi dan komunikasi.
Pemanfaatan Perangkat TIK/ICT dalam
Pembelajaran Abad 21
Dalam proses
pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat bantu
dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang mengutamakan kemampuan
keterampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Banyak
perangkat-perangkat teknologi atau aplikasi-aplikasi berbasis teknologi
informasi yang menunjang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan kreativitas, inovasi,
komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan sebagainya.
1.
TIK dalam kreativitas siswa
Dalam
pelaksanaan pembelajaran, sarana TIK dapat digunakan sebagai sarana untuk
meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dapat memanfaatkan sara-sarana teknologi
informasi dan komunikasi atau aplikasi-aplikasi komputer dalam aktivias
pembelajarannya seperti Teknologi Internet yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai
sumber belajar. Dengan menggunakan teknologi internet, siswa dapat mengakses
sumber-sumber belajar yang ada di dalamnya dengan memanfaatkan halaman-halaman
sistus web yang menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Dengan
teknologi internet, siswa dapat mengakses berbagai informasi yg dibutuhkan
sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas dalam pembelajaran di sekolah,
sehingga melatih kemandirian siswa dalam mencari kebutuhan informasi serta
meningkatkankreativitas siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
yang dapat dijadikan sumber pembelajaran. Aplikasi-aplikasi komputer yang
merupakan bagian dari sarana teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran. Salah satu aplikasi yang dapat
dimanfaatkan siswa dalam pembelajaran yaitu aplikasi presentasi seperti
Microsoft Powerpoint, Lectora, Macromedia Flash dan sebagainya. Dengan
aplikasi-aplikasi tersebut akan memicu kreativitas siswa dalam mengembangkan
materi presentasi dimana siswa dapat memanfaatkan teknologi multimedia yang
dapat diintegrasikan pada aplikasi-aplikasi tersebut.
2.
TIK dalam
aktivitas kolaborasi siswa
Dalam proses belajar mengajar,
siswa juga dapat memanfaatkan sarana teknologi yang sudah tersedia untuk digunakan
sebagai sarana kolaborasi dalam pembelajaran di kelas. Salah satu aplikasi yang
dapat dimanfaatakan dalam aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi siswa yaitu
aplikasi web jejaring social (Social Network) seperti Facebook, Twitter,
Frienster dan sebagainya. Sebagai contoh aplikasi Facebook yang ada di dunia
maya tidak hanya sekedar aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk
berkomunikiasi dengan teman, mencari teman update status dan sebagainya, tetapi
dapat juga dimanfaatakan dalam pembelajaran siswa. Dengan menggunakan web
jejaring social Facebook dapat dimanfaatakn sebagai media untuk melakukan
diskusi pembelajaran jarak jauh yang tentunya akan lebih menyenangkan dan
mengasyikan.
3.
TIK sebagai media komunikasi siswa dalam pembelajaran
Sarana teknologi informasi dan
komunikasi juga dapat digunakan sebagai media komunikasi siswa dalam kaitannya
dengan pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan fasialitas E-Mail
(Electronic Mail) yang terdapat pada jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail
siswa dapat berkomunikasi dengan sesama siswa, dengan guru bahkan dengan
stakeholder lain yang dapat membantu proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh,
dengan menggunakan email siswa dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang
diberikan oleh gurunya dengan mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya.
Dengan menggunakan teknologi email, siswa dapat mengirimkan hasil tugas yang
diberikan guru kepada siswa dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manfaat teknologi informasi di
bidang pendidikan memang menggiurkan bagi kaum akademisi yang haus akan
informasi, juga bagi mereka yang hendak memobilisasi bangsa Indonesia agar
lebih maju lagi dalam bidang ini. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang
menyebabkan teknologi informasi, program e-learning dan Internet belum
dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut
dipertanyakan dalam hal ini. Salah satu kendala utamanya : kurangnya
ketersediaan sumber daya manusia untuk melakukan proses transformasi teknologi
dan menyediakan infrastruktur telekomunikasi beserta perangkat hukumnya yang
mengaturnya. Sedangkan permasalahan di tingkat sekolah pada saat ini adalah
tingkat kesiapan peserta belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan,
efektifitas pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam
menyelenggarakan pembelajaran berbasis ICT.
B. Saran
Diperlukan adanya sosialisasi dan
pelatihan mengenai ICT baik untuk siswa maupun guru, sedangkan untuk penyediaan
sarana dan infrastruktur, sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat (stake
holder) dan juga dukungan serta partisipasi pemerintah sangatlah diperlukan
dalam hal ini. Perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer
pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar
jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, bahkan melalui warung
Internet. Hal ini tentunya diperhadapkan kembali kepada kesiapan pihak
pemerintah maupun pihak swasta; Yang pada akhirnya pemerintahlah yang memegang kunci
keberhasilan penerapannya. Sebab pemerintah merupakan pihak yang dapat
menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di
bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dibbon, D. C. and Pollock, K. 2007. “The nature of change and innovation in five
innovative schools”. The Innovation
Journal: The Public Sector Innovation Journal, (12)1.
Pollock, (2008) “The Four Pillars of Innovation: An Elementary School Perspective”, The
Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 13(2),
article2
Fandalarasati.wordpress.com “Inovasi Pendidikan Di Bidang ICT”
diakses tanggal 6 Desember 2013.
Wendhie
Prayitno ( 2013) , Pemanfaatan TIK Dalam Pembelajaran Abad 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar