Kamis, 12 Desember 2013

Ragam-Ragam Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang           
            Dalam proses kegiatan belajar mengajar sebelumnya ada yang harus diperhatikan baik pengajar maupun peserta pendidik, salah satunya yaitu mengenai ragam-ragam pembelajaran. Hal tersebut penting sekali karena diharapkan nanti dalam proses belajar mengajar dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
            Untuk mempertemukan tujuan pembelajaran dapat di upayakan dengan cara mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa. Dampaknya memang berbeda–beda pada diri rangsangan agar siswa merumuskan sendiri apa yang diingikan atau diharapkan dari kegiatan belajar yang hendak dilakukan.
            Keanekaragaman belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam–macam. Lebih jelasnya mengenai ragam-ragam pembelajaran akan diterangkan pada bab selanjutnya. 
B.     Rumusan Masalah
1.      Ragam-Ragam Belajar?
2.      Prinsip Belajar?
3.      Prinsip Mengajar?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Ragam-ragam belajar
            Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam–macam.
1.      Ragam abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara–cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah–masalah yang tidak nyata.
2.      Ragam keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan–gerakan motorik  yakni yang berhubungan dengan urat–urat syaraf dan otot–otot (neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan–latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis, memperbaiki benda–benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah, sholat dan haji.
3.      Ragam social
Belajar social pada dasarnya adalah belajar memahami masalah–masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah–masalah sosial seperti dalam masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah–masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
4.      Ragam pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode–metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep–konsep, prinsip– prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
5.      Ragam rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip–prinsip dan konsep–konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1998).
6.      Ragam kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan–kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan–kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suritauladan dan pemgalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap–sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
7.      Ragam apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan ( judgment ) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan sebagainya.
8.      Ragam pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat–alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Setelah tadi di atas, kita telah menyimak tentang ragam-ragam belajar, marilah sekarang kita tengok lagi pada hal yang tidak kalah penting dari penjelasan di atas yakni tentang ragam cara mengetahui kebutuhan belajar. Di sini, saya rangkumkan rekomendasi menurut Mel Silberman (1990), adalah sebagai berikut :
1.      Observasi
Mengumpulkan informasi melalui hasil pengamatan pada sejumlah kriteria yang dapat diukur dan teramati langsung. Keunggulan metode ini adalah dalam hal penggunaan waktu yang cukup efisien. Keterbatasannya, subyektifitas ketika melakukan interpretasi terhadap apa yang terobservasi. Untuk mengatasi kekurangan tersebut biasanya metode observasi sering dilengkapi dengan wawancara dan memanfaatkan sejumlah ahli sebagai observer.
2.    Kuesioner
Dokumen yang berisi sejumlah pertanyaan untuk menjaring tanggapan dari calon peserta. Kuesioner yang efisien sebaiknya disusun sesingkat dan seringkas mungkin sehingga tidak memakan waktu banyak untuk mengisinya. Salah satu masalah yang perlu dipertimbangkan saat menggunakan metode ini adalah waktu, terkait dengan pengambilan, pengolahan dan interpretasi data. Selain itu, kesulitan melakukan eksplorasi lebih lanjut berkaitan dengan informasi yang diperoleh pada saat itu juga dan keengganan responden untuk mengisi atau mengembalikan kuesioner yang diterimanya.
3.      Key Consultation
Konsultasi dengan pihak yang dianggap mengetahui kebutuhan belajar para calon peserta, misalnya: atasan, pelanggan, bidang pengembangan SDM dan anggota asosiasi profesional. Metode ini sering dipilih saat perancang menghadapi keterbatasan waktu. Keandalan metode ini ditentukan oleh penentuan “orang kunci” dan informasi yang diberikannya.
4.      Wawancara
 Metode ini menggunakan serangkaian pertanyaan, yang akan ditanyakan satu persatu kepada responden. Media yang biasanya digunakan adalah tatap muka secara langsung, melalui telepon, ataupun e-mail. Metode ini akan sangat berguna khususnya ketika dibutuhkan informasi yang kompleks dan belum sepenuhnya jelas, sebab metode ini dapat dimodifikasi dengan cepat untuk memperoleh informasi yang tiba-tiba muncul. Selain itu melalui metode ini informasi yang diperoleh cukup padat hanya dalam waktu yang singkat, idealnya tidak lebih dari 30 menit tiap responden. Hal yang perlu diwaspadai adalah bila pewawancara tidak hati-hati responden akan merasa terancam dan terintimidasi. Selanjutnya, metode ini seringkali sulit dilakukan berkaitan dengan pengaturan waktu untuk melakukan proses wawancara.
5.      Focus Group Discussion
Metode ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada sekelompok orang dengan jumlah bervariasi (idealnya 7 sampai 9 orang), dengan pengarahan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya sering kali teridentifikasi (setidaknya nama panggilan saja), tapi tidak menutup kemungkinan anonim. Proses diskusi ini dapat berlangsung dalam waktu lama, namun jarang berlangsung lebih dari satu jam. Metode ini akan sangat berguna khususnya ketika dibutuhkan informasi yang kompleks dan belum sepenuhnya jelas, sebab teknik ini dapat dimodifikasi dengan cepat untuk memperoleh informasi baru yang tiba-tiba muncul. Metode ini efektif untuk mengatasi responden yang keberatan untuk dieksplorasi mengenai isu atau masalah yang rumit atau kontroversial. Melalui kelompok, setiap responden akan bertukar ide dan isu, untuk selanjutnya mencari consensus bersama tentang permasalahan yang diajukan. Materi pertanyaan diskusi dapat berbentuk pertanyaan yang terdefinisi dengan jelas ataupun terbuka. Kekurangan metode ini adalah berkaitan dengan penggunaan waktu yang cukup lama, tidak menutup kemungkinan ada responden yang “menghalangi” responden lain untuk berpendapat, relasi antara pemandu dengan responden (kesamaan minat atau pemikiran) dapat memunculkan interpretasi yang bias, dan sulit dilakukan berkaitan dengan pengaturan waktu khususnya bila pihak manajemen tidak mendukung sepenuhnya.
6.      Catatan atau Laporan
Laporan yang biasa digunakan adalah laporan tampilan kerja dari calon peserta pelatihan, baik itu self report maupun hasil evaluasi atasan, ataupun laporan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laporan tersebut akan dianalisis oleh sejumlah ahli guna menentukan letak ketidaksesuaian dari apa yang dimunculkan dengan yang seharusnya.

B.     Prinsip belajar
            Prinsip belajar menurut Wingo (1970:194)
          a.       Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.
b.       Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Kemauan dan dorongan untuk melakukan kegiatan yang dapat memberi pengalaman belajar untuk mencapai pemahaman sepatutnya muncul dari dalam diri sendiri. Kemunculan hal tersebut disebabkan oleh adanya rangsangan yang datang dari luar lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar, rangsangan dapat ditimbulkan dari guru dengan menyodorkan suatu materi pelajaran yang bersifat problematik yang menuntut upaya menemukan pemecahan melalui suatu proses pencarian dan penemuan atau proses pemecahan masalah.
c.       Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari kegiatan yang dilakukan. Meskipun  apa yang diinginkan guru atau yang diharapkan itu kemunculannya pada diri siswa, namun belum tentu apa yang diinginkan guru itu sesuai dengan apa yang diinginkan siswa. 

C.      Prinsip mengajar
Prinsip–prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah
       1.       Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu tingkat kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini di sebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pra tes. Hal ini sangat penting agar proses pembelajaran dapat efektif dan efisien
2.       Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Materi–materi pembelajaran yang berkaitan dengan segi– egi kehidupan yang bersifat praktis pada umumnya dapat menarik minat siswa untuk mempelajari. Dengan mempelajari materi  pembelajaran yang dikaitkan dengan hal itu perhatian yang bersifat khusus akan muncul, karena bisa jadi, materi pembelajaran yang sama, namun dikaitkan dengan kehidupan yang praktis akan memunculkan keterkaitan dengan seg segi  tertentu yang sangat beragam.
3.       Mengajar harus memperhatikan perrbedaan individual setiap siswa.
Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu dengan yang lainnya . Apa yang dapat dipelajari seseorang secara cepat, mungkin tidak dapat di lakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing–masing siswa.
4.    Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
 Kesiapan  adalah kapasiti (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Jika siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat di peroleh dengan baik, oleh karena itu pembelajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan.
5.        Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa.
 Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran. Jika tujuan diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mengajar  mudah diketahui, maka tujuan harus di rumuskan  secara khusus.
6.        Mengajar harus mengikuti  prinsip psikologi tentang belajar.
 Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan menigkat oleh karena itu mengajar harus mempersiapkan materi pembelajaran yang bersifat gradual seperti yang telah di uraikan sebelumnya, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks (rumit), konkrit kepada yang abstrak.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                 Ragam-ragam belajar antara lain : 1) Abstrak, 2) Keterampilan, 3) Social, 4) Pemecahan masalah, 5) Rasional, 6) Kebiasaan, 7) Apresiasi, 8) Pengetahuan
                 Prinsip pembelajaran terdiri dari 1) Prinsip belajar yang meliputi a) Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi, b) Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman, c) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan. dan Prinsip mengajar meliputi a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa, b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis, c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa, d) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar, d) Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa, dan e) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar
                    
B.     Saran
            Apapun nanti yang dilakukan seorang pengajar terhadap anak didiknya, tidak bisa memaksa. Dalam hal ini, memaksa menerapkan apa yang menjadi keinginan pengajar sedangkan tidak diinginkan oleh anak didik tersebut. Harusnya adalah bagaimana kemudian pengajar berusaha menyajikan ilmu pengetahuan sesuai dengan kemauan dan dorongan hati si anak didik yang bisa diwujudkan dengan ragam-ragam belajar tersebut di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima, 2008.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers, 2009.
 
Disadur: http://jamal-alfath.blogspot.com/2011/06/ragam-ragam-belajar.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar