Kamis, 27 Februari 2014

The Four Pillars of Innovation: An Elementary School Perspective Katina Pollock

BAB I
PENDAHULUAN
Jurnal ini memaparkan studi yang mengidentifikasi karakteristik dasar inovatif  teknologi komunikasi informasi (ICT). Mengacu pada empat pilar inovasi (Douglas Watt, 2002 ), jurnal  ini mengeksplorasi bagaimana inovasi terjadi, dan sekolah yang menjadi fokus penelitian  dan akhirnya menjadi sekolah contoh bagi sekolah-sekolah lainnya di Kanada adalah Villa Nova School. Empat pilar telah digunakan untuk mengidentifikasi proses inovatif di sekolah tinggi, tetapi tidak pada sekolah dasar, yang ada dalam jaringan inovatif sekolah/Network of Innovative Schools (NIS). Data yang digunakan adalah data kualitatif, studi tertentu yang lebih besar adalah yang dihasilkan dari studi yang memfokuskan pada metodologi campuran perubahan proses inovatif sekolah dasar di  Kanada yang merupakan suatu bagian dari program NIS (Dibbon & amp; pollock, 2007 ). NIS diluncurkan oleh industri Kanada sebagai sebuah proyek percontohan di tahun 1998. Tujuan kegiatan itu untuk mengidentifikasi sekolah inovatif, sekolah yang menggunakan ICT untuk belajar. Tujuan dari jaringan itu untuk menghubungkan kreativitas dan memotivasi sekolah sehingga mereka akan belajar dari satu sama lain dalam komunitas pembelajaran secara online.
            Menurut  Douglas Watts  (2002 ), empat pilar  atau elemen dalam inovasi adalah: 1) orang, 2) budaya dan iklim, 3) struktur dan proses, dan 4) kepemimpinan. Pilar ini membentuk konteks di mana proses inovatif diyakini terjadi di sekolah-sekolah Kanada. Keempat pilar inovasi akan bertindak sebagai kerangka untuk menggambarkan proses inovasi TIK di sekolah dasar. 

 
Penelitian ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana kita dapat memperpanjang pengajaran dan pembelajaran inovatif di luar kantong keunggulan di sekolah-sekolah terpencil untuk mencapai proporsi yang jauh lebih besar dari siswa dan pendidik di seluruh negara (Stevens, 1999). Sekolah di Kanada dan sekolah distrik menghadapi zaman yang semakin bergolak di perubahan ekonomi global (Dibbon, 1999; Leithwood, 1999; Fullan, 1996; Stoll dan Fink, 1996; Leithwood dan Aitken, 1995; Prestine, 1994; Leithwood, Janzi, dan Seinback, 2000) . Perubahan dalam lingkungan ekonomi, serta pesatnya pertumbuhan dan perluasan informasi dan teknologi komunikasi (TIK) membuat semakin diperlukan oleh sekolah-sekolah di Kanada untuk mengejar inovasi, mempersiapkan siswa untuk dunia kontemporer (Pemerintah Kanada, 1995; Konferensi Dewan Kanada, 2001).
  Kerangka Teoretis pada studi ini mengacu pada pendapat Dibbon & Pollock (2007) yang menyatakan bahwa inovasi dan kesuksesan berhubungan dengan teknologi dan pengembangan keterampilan. Oleh karena itu, inovasi didefinisikan sebagai " mengadopsi ide, praktik  atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru ... " ( Rogers, 1995, hlm 46) dan, sukses mengacu pada " keterampilan yang dimiliki lulusan, siap ambil bagian dalam dunia kerja dan kemajuan dunia kerja (Conference Board of Canada, 2001). Sekolah Inovatif mengadopsi ide dan secara strategis menerapkannya ke dalam proses organisasi sekolah, yang dapat mencakup filosofi sekolah, kurikulum, budaya, iklim, dan struktur.
Selanjutnya akan dibahas lebih jauh mengenai empat pilar inovasi menurut Douglas Watts, berikut ini:     
1.        People
Ketika diminta untuk menilai pentingnya empat pilar inovasi, peserta dalam studi Watt, rata-rata menyebutkan orang  sebagai pilar/elemen yang paling penting dalam mencapai keberhasilan inovatif. Watt (2002) menjelaskan unsur orang dalam hal ini kapasitas sumber daya manusia, yang mengacu pada pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku staf sekolah. Atribut orang di sekolah kreatif termasuk: kreativitas, keterampilan perbaikan terus-menerus , kemampuan pelaksanaan, kapasitas pengambilan risiko, dan keterampilan membangun hubungan.
a.       How Teachers Use Technology
Sekolah inovatif TIK mengharuskan staf memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan dan keterampilan untuk berhasil menerapkan dan memelihara inovasi teknologi di sekolah . Luasnya pengetahuan dasar dan keterampilan yang penting dalam Villa Nova Public School, contoh-contoh diberikan oleh guru tentang bagaimana mereka menggunakan teknologi di dalam kelas yang banyak dan guru
lebih kemudian bahagia untuk menunjukkan penggunaannya.
b.      Student Learning & Use of Technology
Siswa menggunakan internet secara ekstensif untuk melakukan penelitian, dan kemudian dipresentasikan temuan mereka menggunakan paket perangkat lunak komputer. Siswa dapat membuat sesuatu yang tingkat rendah namun terlihat cukup spektakuler di komputer sehingga membuat mereka merasa baik dan lebih sukses.
2.      Cultures and Climates
Watts (2002) menekankan bahwa sekolah inovatif memiliki budaya yang memungkinkan inovasi untuk berkembang. Sebuah komponen penting dari pilar ini adalah kewirausahaan dan risk taking. Etos sekolah yang inovatif juga menghargai kolaborasi. Guru bekerja sama untuk menciptakan ide-ide baru, belajar keterampilan baru , dan mengembangkan program.
Lingkungan kerja yang ada di Villa Nova memperlihatkan bagaimana inisiatif dihargai, risiko yang ditoleransi, dan menghargai perubahan. Semangat kewirausahaan ditunjukkan dalam koran sekolah, Villa Nova Choice. Villa Nova Public School jelas memiliki budaya yang menghargai inovasi dan menyediakan kapasitas untuk melaksanakan inisiatif baru  Guru di Villa Nova Public School percaya bahwa mereka memiliki kapasitas untuk berhasil menerapkan inisiasi baru selama inisiasi merupakan bagian dari tujuan sekolah dan visi .
3.      Structures and Processes
Struktur dan proses juga mendorong dan mendukung pemikiran dan tindakan inovatif. Watt (2002) menjelaskan struktur dan proses yang ditemukan
di sekolah-sekolah inovatif bersifat fleksibel, yang memungkinkan untuk berbagi pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja di tim. Sekolah Inovatif menyediakan guru akses yang lebih mudah ke sumber daya dan membangun hubungan masyarakat yang kuat. Villa Nova Public School diatur sedemikian rupa, dengan hanya satu administrator dan dua staf dukungan administratif. Sekolah juga berfungsi dengan sejumlah proses yang memungkinkan untuk bernegosiasi, pada kebijakan yang mungkin membatasi, hal ini dilakukan untuk mengamankan sumber daya yang dibutuhkan. Beberapa hal yang terkait dalam struktur dan proses yang dilakukan Villa Nova Public School adalah dengan melakukan kerjasama seperti berikut:
a.       Community Relations
b.      Parental Support
c.       Other Community Connections
4.      Leadership
Pilar terakhir dari inovasi adalah kepemimpinan. Menurut Watt (2002), kepemimpinan yang mampu mendorong terjadinya inovasi adalah pemimpin yang memiliki visi yang jelas kemana mereka ingin membawa  sekolah, memiliki komitmen dan semangat untuk perubahan, berani mengambil risiko dan memimpin dengan memberikan contoh/keteladanan.


BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia, sepanjang perjalanannya selalu diwarnai oleh upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan oleh pihak pemerintah yang silih berganti dengan berbagai kebijakannya. Dimana dari beberapa kebijakan pemerintah itu terkadang bukan melahirkan suatu inovasi di bidang pendidikan melainkan menyebabkan pendidikan itu sendiri terbelenggu dalam suatu sistem pendidikan yang konvensional. Selain itu pergeseran paradigma dalam pranata pendidikan yang semula terpusat menjadi desentralistis membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalamnya berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran. Otonomi yang luas itu, harusnya diimbangi dengan perubahan yang berorientasi kepada kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dari komponen pendidikan yang terkait. Kondisi ini bergayung sambut dengan perubahan kurikulum yang sedang diluncurkan dewasa ini oleh pemerintah, yakni kurikulum 2013.
Konsekuensi yang harus ditanggung oleh sekolah adalah restrukturisasi dalam pengelolaan sekolah (capacity building), profesionalisme guru, penyiapan infrastruktur, kesiapan siswa dalam proses belajar dan iklim akademik sekolah. Kebijakan penerapan kurikulum 2013 dan pemberian otonomi pendidikan juga diharapkan melahirkan organisasi sekolah yang sehat serta terciptanya daya saing sekolah. Untuk itulah diperlukan suatu perubahan paradigma baru dengan menerapkan suatu inovasi di dunia pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran di sekolah pada khususnya yaitu dengan penerapan teknologi informasi komunikasi atau ICT. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-citakan dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud.
Pembelajaran abad ke-21 yang berpusat pada siswa berbeda dengan pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru, dalam arti bahwa keduanya memiliki pendekatan yang berbeda terhadap isi, pembelajaran, lingkungan ruang kelas, penilaian, dan teknologi. Hal ini yang menjadikan hal yang harus dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik yang tergabung dalam empat cara yaitu :
1.      Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pebelajar.
2.      Ways of working, kemampuan bagaimana mereka harus bekerja. dengan dunia yang global dan dunia digital. Beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik adalah communication and collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan kemampuan yang berbeda-beda.
3.      Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and communications technology (ICT) and information literacy merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4.      Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, and personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki itu yang terintegrasi dalam satu kecakapan yaitu kecakapan abad 21. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan dalam mengatur dan mendesain pembelajaran agar peserta didik memiliki kemampuan kecakapan abad 21. Guru harus mengubah paradigma pembelajaranya:
1. Guru sebagai pengarah menjadi sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan
2. Guru sebagai sumber pengetahuan menjadi sebagai kawan belajar
3. Belajar diarahkan oleh kurikulum menjadi diarahkan oleh siswa
4. Belajar terjadwal secara ketat dg waktu terbatas menjadi belajar secara terbuka, ketat
   dengan waktu fleksibel sesuai keperluan
5. Belajar berdasarkan fakta menjadi berdasarkan projek dan survei
6. Bersifat teoritik, prinsip dan survei menjadi dunia nyata, refleksi prinsip dan survei
7. Pengulangan dan latihan menjadi penyelidikan dan perancangan
8. Aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan
9.  Kompetitif menjadi collaboratif
10. Berfokus pada kelas menjadi berfokus pada masyarakat
11. Hasilnya ditentukkan sebelumnya menjadi hasilnya terbuka
12. Mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif
13. Komputer sebagai subjek belajar menjadi peralatan semua jenis belajar
14. Presentasi dengan media statis menjadi interaksi multimedia dinamis
15. Komunikasi sebatas ruang kelas menjadi tidak terbatas
16. Tes diukur dengan norma menjadi unjuk kerja diukur pakar, penasehat dan teman sebaya
Kurikulum yang sudah dikembangkan saat ini oleh sekolah-sekolah dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis( critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh siswa apabila guru mampu mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisi aktivitas-aktivitas yang menantang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dikembangkan.
Selain pendekatan pembelajaran, siswa pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar siswa. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh guru adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.
Perkembangan teknologi memang akan selalu pesat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Keadaan demikian tidak bisa kita hindari sebagai seorang pendidik. Bukan berarti kita harus resisten merespon keadaan ini, melainkan kita harus kreatif dan inovatif dalam menggunakan teknologi agar pembelajaran pun tidak lagi monoton dan konservatif. Optimalisasi Pemanfaatan ICT Untuk Pembelajaran Abad 21 menjadi sangat mendesak untuk dikembangkan.
Dengan kehadiran teknologi dan komunikasi (ICT) memberikan tantangan dalam dunia pendidikan, peserta didik lebih tertarik mempelajari ICT dibandingkan materi pembelajaran lainya, peserta didik bahkan rela berjam-jam di depan komputer untuk mengakses internet dan mencari informasi yang tidak bisa didapatkan di sekolah. Fenomena seperti ini menjadi tugas dan pekerjaan rumah yang besar bagi dunia pendidikan untuk bisa mengadopsi dan melakukan inovasi pembelajaran. Jangan sampai dunia pendidikan formal hanya dijadikan tempat untuk memperoleh ijazah semata tanpa memberikan kontribusi dalam membina generasi penerus perjuangan bangsa yang akan menjadi pemimpin masa depan. Menurut Sutrisno (2011) tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di depan mata, berbagai perangkat komputer beserta koneksinya dalam menghantarkan peserta belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat, untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan TIK, kemudian ditambahkan oleh Alessi dan Trollip (2001), pembelajaran berbasis ICT memiliki banyak keunggulan. Salah satunya keunggulan itu berupa penggunaan waktu yang digunakan menjadi lebih efektif , bahan materi pelajaran menjadi lebih mudah diakses,menarik, dan murah biayanya. Ini lah yang menjadi tantangan pembelajaran abad 21, kehadiran ICT dalam dunia pendidikan maka dituntut siswa untuk kreatif, inovatif, berfikir kritis serta metakognitif dan sehingga menjadikan siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok). dengan harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun global dan dapat dipertanggung jawabkan secara personal maupun sosial masyarakat.
Means (1993) dalam laporan penelitian mereka menerangkan bahwa kebutuhan masyarakat persekolahan untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran merupakan bagian dari reformasi pembelajaran. Kebutuhan untuk memanfaatkan teknologi itu mula-mula dipengaruhi oleh fakta-fakta yang terjadi di komunitas luar sekolah (bisnis, pemerintahan, dan masyarakat umum) yang sudah lazim menggunakan teknologi dalam aktivitas berkomunikasi, mencari informasi, dan aktivitas komersial. Fakta itu menjadi seperti sebuah tekanan terhadap komunitas sekolah untuk juga menggunakan teknologi agar para siswa familier dengan teknologi. Pada perkembangan selanjutnya, karena pengaruh kemajuan aplikasi teknologi yang makin canggih, teknologi menjadi suatu media dan alat yang dipandang sangat penting dan strategis untuk menunjang pencapaian tujuan reformasi pembelajaran.
Menurut Reeves (1998), untuk kepentingan pembelajaran di sekolah, terdapat dua pendekatan pokok dalam penggunaan teknologi, yaitu para siswa dapat belajar ‘dari’ dan ‘dengan’ teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi dilakukan seperti dalam penggunaan computer-based instruction (tutorial) atau integrated learning systems. Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai cognitive tools (alat bantu pembelajaran kognitif) dan menggunakan teknologi dalam lingkungan pembelajaran konstruktivis (constructivist learning environments).Dengan hadirnya ICT di dunia pendidikan seyogyanya dapat menghantarkan wajah pendidikan kearah yang lebih baik sehingga tantangan pembelajaran abad 21 dapat terselesaikan, tentunya tidak terlepas dari peran guru sebagai tenaga pendidik yang dituntut kreatif dan inovatif mengembangkan pembelajaran dengan mengintegrasikan teknologi dan komunikasi.
Pemanfaatan Perangkat TIK/ICT dalam Pembelajaran Abad 21
Dalam proses pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat bantu dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang mengutamakan kemampuan keterampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Banyak perangkat-perangkat teknologi atau aplikasi-aplikasi berbasis teknologi informasi yang menunjang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan kreativitas, inovasi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan sebagainya.
1.        TIK dalam kreativitas siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran, sarana TIK dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dapat memanfaatkan sara-sarana teknologi informasi dan komunikasi atau aplikasi-aplikasi komputer dalam aktivias pembelajarannya seperti Teknologi Internet yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar. Dengan menggunakan teknologi internet, siswa dapat mengakses sumber-sumber belajar yang ada di dalamnya dengan memanfaatkan halaman-halaman sistus web yang menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Dengan teknologi internet, siswa dapat mengakses berbagai informasi yg dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran yang dibahas dalam pembelajaran di sekolah, sehingga melatih kemandirian siswa dalam mencari kebutuhan informasi serta meningkatkankreativitas siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dapat dijadikan sumber pembelajaran. Aplikasi-aplikasi komputer yang merupakan bagian dari sarana teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan siswa dalam pembelajaran yaitu aplikasi presentasi seperti Microsoft Powerpoint, Lectora, Macromedia Flash dan sebagainya. Dengan aplikasi-aplikasi tersebut akan memicu kreativitas siswa dalam mengembangkan materi presentasi dimana siswa dapat memanfaatkan teknologi multimedia yang dapat diintegrasikan pada aplikasi-aplikasi tersebut.
2.        TIK dalam aktivitas kolaborasi siswa

Dalam proses belajar mengajar, siswa juga dapat memanfaatkan sarana teknologi yang sudah tersedia untuk digunakan sebagai sarana kolaborasi dalam pembelajaran di kelas. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatakan dalam aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi siswa yaitu aplikasi web jejaring social (Social Network) seperti Facebook, Twitter, Frienster dan sebagainya. Sebagai contoh aplikasi Facebook yang ada di dunia maya tidak hanya sekedar aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikiasi dengan teman, mencari teman update status dan sebagainya, tetapi dapat juga dimanfaatakan dalam pembelajaran siswa. Dengan menggunakan web jejaring social Facebook dapat dimanfaatakn sebagai media untuk melakukan diskusi pembelajaran jarak jauh yang tentunya akan lebih menyenangkan dan mengasyikan.
3.        TIK sebagai media komunikasi siswa dalam pembelajaran
Sarana teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan sebagai media komunikasi siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan fasialitas E-Mail (Electronic Mail) yang terdapat pada jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail siswa dapat berkomunikasi dengan sesama siswa, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain yang dapat membantu proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh, dengan menggunakan email siswa dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya dengan mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya. Dengan menggunakan teknologi email, siswa dapat mengirimkan hasil tugas yang diberikan guru kepada siswa dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat.



 
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Manfaat teknologi informasi di bidang pendidikan memang menggiurkan bagi kaum akademisi yang haus akan informasi, juga bagi mereka yang hendak memobilisasi bangsa Indonesia agar lebih maju lagi dalam bidang ini. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan teknologi informasi, program e-learning dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini. Salah satu kendala utamanya : kurangnya ketersediaan sumber daya manusia untuk melakukan proses transformasi teknologi dan menyediakan infrastruktur telekomunikasi beserta perangkat hukumnya yang mengaturnya. Sedangkan permasalahan di tingkat sekolah pada saat ini adalah tingkat kesiapan peserta belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis ICT.
B.       Saran
Diperlukan adanya sosialisasi dan pelatihan mengenai ICT baik untuk siswa maupun guru, sedangkan untuk penyediaan sarana dan infrastruktur, sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat (stake holder) dan juga dukungan serta partisipasi pemerintah sangatlah diperlukan dalam hal ini. Perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah, bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya diperhadapkan kembali kepada kesiapan pihak pemerintah maupun pihak swasta; Yang pada akhirnya pemerintahlah yang memegang kunci keberhasilan penerapannya. Sebab pemerintah merupakan pihak yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA
Dibbon, D. C. and Pollock, K. 2007. “The nature of change and innovation in five innovative  schools”. The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, (12)1.
Pollock, (2008) “The Four Pillars of Innovation: An Elementary School Perspective”, The Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal, Volume 13(2), article2
Fandalarasati.wordpress.com “Inovasi Pendidikan Di Bidang ICT” diakses tanggal 6 Desember 2013.
Wendhie Prayitno ( 2013) , Pemanfaatan TIK Dalam Pembelajaran Abad 21




Tidak ada komentar:

Posting Komentar