Jumat, 12 April 2013

Posdaya Cahaya Sudah Menasional

Pengalaman Pengabdian dengan LPPM walau terasa kurang jobfull tapi sungguh menarik hati, dan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur iduuup. Mendapatkan keluarga baru itu pasti, pengalaman baru juga pasti eh tak disangka dapat beasiswa juga dari Supersemar. Subhanalloh :) dapat buat bayar kuliah waktu ituuuuu...Syukur Alhamdulillah Dech... Trimakasih buat dosen-dosenku PGSD FKIP UMS dan teman-teman yang mensupport serta Alhamdulillah ya Alloh Engkau menunjukkan jalan yang begitu indah kepada hambaMu ini. 

Untuk ke depan,,, harus lebih menantang lagi, lebih bermanfaat bagi umat :) InsyaAlloh.


Posdaya Cahaya di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, kini bisa tampil hingga tingkat nasional. Posdaya ini dinilai sudah cukup berkembang, karena berbagai kegiatannya bahkan sudah mampu mengembangkan Posdaya lain yang ada disekitarnya, sehingga Posdaya ini pantas disebut Posdaya Inti.
"Program Posdaya bagus. Semuanya untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya yang belum punya usaha juga di didik untuk mempunyai jiwa wirausaha dan mempunyai ketrampilan. Oleh karena itu, saya banyak terima kasih kepada Yayasan Damandiri yang menyemangati keberadaan Posdaya di Desa Gatak," ungkap Camat Delanggu Ir Cahyo Dwi Setiyanto.
Camat Dlanggu juga mengungkapkan rasa keberuntungan, wilayah binaannya mendapat perhatian dari Yayasan Damandiri. "Tidak hanya masyarakat dididik. Yayasan Damandiri juga memberi stimulan sehingga Posdaya yang ada di Kecamatan Dlanggu ini bisa menyelenggarakan kegiatan," tambah Cahyo Dwi Setiyanto.
Walaupun di wilayah Kabupaten Klaten sudah mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), namun kata Cahyo, jumlahnya masih kecil. Tahun 2009, di tiap-tiap kecamatan baru di kasih dana stimulan satu kelompok dan bahkan Posdaya Cahaya belum tersentuh.
"Tahun berikutnya akan diupayakan ada dana stimulan yang disalurkan melalui Posdaya. Dan kami bersama kecamatan lain berupaya Posdaya Cahaya yang telah membawa nama Desa Gatak Kecamatan Delanggu sampai tingkat nasional bisa diberikan dana dari APBD Kabupaten," jelasnya.
Di bawah kepemimpinan Ibu Indarsih Hastuti Joko Suripto dan binaan LPPM Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Posdaya Cahaya kini telah memiliki anak sepuluh Posdaya di sepuluh desa di Kecamatan Delanggu. Sebagai Posdaya pengembangan di wilayah Gatak, Delanggu yang dilantik oleh Camat Delanggu pada Agustus 2009 lalu.
"Pada 2010 nanti kalau masing-masing Posdaya punya anak lima maka sudah menjadi 50 Posdaya," cetus Ketua LPPM UMS Solo Dr Harun Djoko Prayitno penuh optimis.

Mahasiswa Pendamping ikut berperan
Keberhasilan Posdaya Cahaya menjadi kategori Posdaya Inti, tidak lepas dari bantuan mahasiswa UMS yang menjadi mahasiswa pendamping KKN Posdaya. Antara lain, Ervina Wahyuningsih, mahasiswa semester 5 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS.
Sejak menjadi pendamping Posdaya pada Nopember-Desember 2009, Ervina mengaku sangat tertarik karena tujuannya ternyata mulia, yaitu membantu masyarakat lemah utamanya yang ada di pedesaan. Dalam setiap kunjungan, Ervina tidak hanya merapikan sistem administrasi desa, tapi juga mengajarkan penduduk setempat bagaimana memasarkan produk yang baik.
"Utamanya masalah kemasan. Ada sebagian produk yang pemasarannya sampai di Kota Solo seperti, Rempeyek Kacang. Kami menyarankan kepada Posdaya Cahaya agar kegiatan dititik beratkan kegiatan di sektor ekonominya, agar masyarakat bisa lebih sejahtera," tandasnya.
Makanan khas lainnya dari Desa Delanggu adalah lumpia mini. Makanan daerah ini sudah cukup dikenal baik di Kota Klaten bahkan sampai kekota Solo. Bahkan, lumpia mini, kue semprong dan produk lain pernah mengikuti berbagai pameran, baik di UMS maupun di UNS. "Melakukan pameran secara luas akan mempercepat pemasaran. Tetapi kendala untuk melakukan pameran adalah masalah dana, kalau diselenggarakan sendiri tidak mampu. Oleh karena itu, harus diupayakan menggandeng beberapa pengusaha mapan di sekitar Klaten atau pemerintah daerah dan juga sponsor lainnya," imbaunya.
Partisipasi masyarakat skor 8
Sementara itu, pendamping mahasiswa KKN Posdaya lainnya, Yuni Sawitri yang juga dari FKIP UMS mengakui bahwa hasil-hasil home industri seperti kacang telor maupun kue-kue kering belum pernah diajak untuk melakukan pameran. Tetapi ketika Ulang Tahun Kampus UMS mereka diajak untuk memamerkan produksinya bersama dengan Posdaya lainnya binaan dari UMS.
"Sikap masyarakat terhadap Posdaya sangat antusias. Terbukti, kalau Posdaya mengadakan kegiatan, masyarakat yang hadir jumlahnya banyak karena ingin mengetahui lebih dekat apa itu Posdaya," ujar mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Semester IV ini.
Berdasar penilaiannya, kalau hal itu diberi bobot 10 partisipasi masyarakat, partisipasinya berada diangka 8. Sedangkan mindsetnya atau pola pikirnya tentang Posdaya masih rendah sekitar 7. "Mereka sebenarnya belum mengerti benar tentang Posdaya dan mengapa harus Posdaya. Kalau dibimbing lebih baik lagi, mereka pasti mau. Karena mereka tidak punya kegiatan lain di rumah kecuali mengurus rumah tangga," ujar Yuni.
Manfaat Posdaya bagi dirinya, kata Yuni, ia menjadi tahu hidup di tengah-tengah masyarakat. "Untuk hidup bersama dan mengetahui banyak hal dari berbagai kegiatan yang ada. Saya mendapatkan pengalaman baru," ujarnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar